Langsung ke konten utama

Ekspedisi Pelosok Priangan Timur

Tugu Siliwangi, berada di perbatasan provinsi Jawa Barat-Jawa Tengah

“Esa Hilang, Dua Terbilang”, wangsit Prabu Siliwangi

Mendengar kata tersebut, mungkin tidak asing lagi ditelinga masyarakat Jawa Barat. Konon, Jawa Barat yang pada zaman dahulu merupakan Kerajaan Pajajaran dan Galuh yang salah satu raja termahsyurnya pada saat itu ialah Prabu Siliwangi. Kisah ini telah menjadi kisah turun temurun masyarakat Jawa Barat. Legenda itu menguat diwilayah priangan timur. 

Dari kisah tadi membuat saya tertarik untuk menjelajahi alam Priangan Timur, ditemani rekan Backpacker, Kang Adam Akbar. Kami berdua sepakat untuk explore di hari Jum'at, 16 Februari 2018 dan perjalanan pun dimulai sekitar pukul 09.00 wib dari STIKes Respati, Tasikmalaya dengan tujuan menuju ke perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah. Explore adalah kegiatan yang biasa saya lakukan untuk mengisi waktu kosong atau disaat liburan semester tiba (itung-itung refreshing setelah berperang dengan UAS). Dengan membawa perlengkapan yang cukup, kendaraan roda dua langsung meluncur. 


Rute perjalanan dari Tasikmalaya menuju Ciamis, kami mengambil jalur alternatif dengan melewati jalur Cibeureum-Manonjaya. Di daerah Manonjaya juga terdapat wisata religi berupa bangunan masjid beraksitektur tempo dulu. Konon sudah berdiri ratusan tahun yang lalu. Melintasi sudut Tasikmalaya sambil merekam perjalanan dengan kamera handphone. “Kota Pesantren”, julukan Kabupaten Tasikmalaya karena banyak berdiri pesantren di daerah Tasikmalaya, bahkan disetiap Desa memiliki pondok pesantren. Sangat memudahkan warga setempat untuk menimba ilmu agama tanpa harus jauh menempuh pesantren di Kota. 

Perjalanan kami menuju tapal batas provinsi Jawa Barat-Jawa Tengah ditemani hamparan sawah yang luas dikanan kiri jalan. 

Beberapa jam kemudian, kami sampai di Ciamis. Nuansa Kabupaten Ciamis yang serba ungu, menjadikan Ciamis ciri khas dengan kuliner yang enak dan manis. Ciamis anu manis. Terdapat tugu raflesia di alun-alun Kota Ciamis yang tak jauh dari Masjid Agung Ciamis. Perjalanan terus dilanjutkan menuju Kota Banjar. Jarak dari Ciamis menuju Kota Banjar tidak begitu jauh, kira-kira waktu tempuh hanya memakan hitungan menit. Beberapa puluh menit kemudian, kami sampai di Banjar. 

Waktu sebentar lagi menunjukan pukul 11 siang. Kami segera bergegas menuju masjid agung Banjar untuk menunaikan shalat jum'at. Kebetulan perut kami yang dari tadi sudah memberontak minta diisi, kami mencari penjual makanan disekitar masjid. Beruntung sekali berhasil menemui penjual makanan disekitar mesjid, Mie Ayam pun jadi teman makan siang. 

Semangkuk kisah mie ayam ala Masjid Agung Kota Banjar

Sesegera mungkin urusan semangkuk mie ayam segera diselesaikan agar bisa mengejar waktu shalat jum'at. Tak butuh waktu lama, semangkuk mie ayam langsung ludes dan langsung menuju keran air untuk berwudlu. Dan waktu shalat jum'at pun tiba. 

Sekitar jam setengah satu, shalat jum'at selesai dilaksanakan. Para jamaah berhamburan keluar masjid. Sebelum meninggalkan masjid agung Banjar, tidak lupa untuk mengabadikan momen yang 'langka' ini (semoga bisa kesini lagi) dengan berfoto didepan pintu masuk tangga masjid yang menghadap ke alun-alun Kota Banjar. Perjalanan menuju perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah kembali dilanjutkan. Pada saat perjalanan menuju gapura perbatasan, kami menyempatkan berfoto di kantor Walikota Banjar yang kebetulan berada dijalur yang kami lewati. 

Kantor Walikota Banjar, Jawa Barat

Beberapa menit kemudian kami sampai digapura perbatasan provinsi Jawa Barat-Jawa Tengah. Jarak dari pusat kota Banjar menuju gapura perbatasan provinsi Jawa Barat-Jawa Tengah tidak terlalu jauh, karena jalur yang dilintasi merupakan jalur selatan antar provinsi di pulau Jawa. Explore pelosok priangan timur terbayar sudah setelah berhasil sampai di gapura perbatasan provinsi Jawa Barat-Jawa Tengah. Seperti biasa, berfoto adalah rutinitas seorang backpacker untuk mengabadikan momen perjalanannya menelusuri pelosok priangan timur (Tasikmalaya, Ciamis, Banjar).

Backpacker Kang Adam dengan gapura kujang dibelakangnya diperbatasan Provinsi Jawa Barat-Jawa Tengah. 
Saya bersama dengan patung Pangeran Diponegoro, patung yang tak jauh dari gapura provinsi Jawa Tengah

Setelah selesai remeh temeh dengan gapura perbatasan, kami langsung memutuskan pulang kembali ke Tasikmalaya karena cuaca yang mendung. Kembali pulang menuju tanah Sukapura. Setengah perjalanan pulang, kami beristirahat sebentar di sebuah warung di daerah jalur alternatif Ciamis. Secangkir teh dan beberapa surabi dan gorengan tempe mengisi perut dan menghangatkan tubuh karena lelah diperjalanan. Sang pemilik warung, Ibu yang tak terlihat muda lagi dengan sigap membuat surabi dengan cara tradisional, memasak dengan menggunakan tungku. “Pantes saja enak dan gurih surabi ini”, ucapku. Setelah selesai mengisi perut dan cukup istirahat, kami langsung bablas menuju Tasikmalaya. 

Surabi ngeunah ala Ciamis. Dimasaknya masih dengan cara tradisional menggunakan tungku dan kayu bakar. (pokoknya enak we) 

Dan beberapa jam kemudian kami sampai ditempat awal bergegas (sekitar pukul 17.00 wib sudah sampai di Tasikmalaya). Perjalanan yang melelahkan, tetapi sangat menyenangkan untuk terus diexplore. Menelaah keindahan alam priangan dari pelosok. Sebuah catatan kaki yang harus ditelusuri lagi. Entah kapan pena ini akan menggoreskan ceritanya kembali. Inilah kisah 2 bacpacker, Sang explorer dari Tasikmalaya. Ekspedisi pelosok Priangan Timur. 


Tabik, 
16 Februari 2018.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngopi-isme

Ilustrasi : @radenyudistira09 (dokpri) Kegiatan Ngopi dikalangan kaum intelektual bukanlah sebuah hal yang baru, namun telah menjadi sebuah kebutuhan dalam menyusun wacana hingga ke penyelesaian masalah. Ngopi disini bukan berarti kegiatan duduk manis kemudian menyeruput secangkir kopi sembari menghisap sebatang rokok, melainkan ngopi yang dimaksudkan ialah kegiatan diskusi (Ngopi = Ngobrol Pintar). Kegiatan ngopi dapat dijumpai di ruang kelas, perpustakaan, kantin, masjid, ruang keseketariatan ormawa, hingga ruang terbuka seperti taman. Betapa besarnya peran dari ngopi sendiri sebab berbagai pemikiran dan gagasan banyak dilahirkan disini. Bagi mereka yang menasbihkan dirinya sebagai seorang aktivis, organisator, kura-kura (kuliah-rapat, kuliah-rapat) kegiatan ngopi merupakan hal yang lazim ditunaikan dimanapun berada selama ada lawan bicara. Sajian ngopi cenderung lebih nikmat jika ditemani cemilan, misalnya ditemani secangkir kopi (tanpa rokok; bagi mereka yang taat kepada kes

Malam Minggu Dengan Beethoven

Malam ini adalah malam minggu Hal yang di tunggu setiap seminggu Membebaskan diri dari rutinitas Yang menjerat pula terbatas Para kaula muda berhamburan Menikmati malam yang anggun Untuk merasakan atmosfer Hiruk pikuk di malam teaser Ku hanya bisa berdiam diri Di pusara malam minggu ini Alunan komposisi beethoven Menjadi lentera di kesunyian Sinar cerah purnama di angkasa Membuat bagi yang lihat terpana Moonlight sonata Beethoven mendayu Menemani sunyinya malam minggu Melodi adagio terus meraya Rasa sukma terpilin olehnya Di rasa sendiri dan ada kawan Malam minggu dengan Beethoven Tasikmalaya, 14 Oktober 2017               Salam Sajak,             Ahmad Yudi S