Langsung ke konten utama

Catatan Malam Si Lembar Hitam


Angin malam saling berebut menghempaskan diri ke dinding, dari jauh tampak seorang laki-laki sedang meratapi kehidupnya. Ada gerangan yang menghambat dan mengacaukan segala yang menjadi kebahagiannya. Sebuah lingkaran hidup yang seharusnya dapat membuatnya nyaman dan tentram, terpaksa membuatnya tegar akan lingkaran yang tidak pasti. Entah masalah dari dalam atau dari luar, semuanya ia telan begitu saja dengan hati yang tegar. 

Terkadang pernah berjumpa dengan sebuah gerombolan yang melayangkan kekesalannya kepada korbannya yang dianggap sebagai kambing hitam. Masalah yang sepele bisa menjadi wahsyana karena banyaknya masa pendukung yang tidak interopeksi. Inilah tragedi atas mengkritisi tanpa intropeksi. Ia tetap menerimanya tanpa adanya pembelaan yang berarti, sukarela dijadikan bidikan dan sasaran. 

Belum lagi kondisi yang dirasa belum tentu kondusif, tapi ia berusaha untuk bisa kondusif. Ditengah perkembangan arus, dirinya berusaha tidak menjadi apatis, bahkan seakan menolak mengikuti arus, ia ingin menjadi manusia yang merdeka. 

Cercahan, ocehan, kritikan, kerapkali menusuknya dari dalam dan dari luar. Namun ia tetap tegar menerimanya karena ini mungkin sudah jadi jalan yang dikehendaki Tuhan. Iya dan pasrahkan saja kepada Sang Pencipta. Sesungguhnya ia ingin mencintai musik seutuhnya, namun apalah daya... ia hanya bisa mengadu lewat goresan penanya yang kusam karena air mata dan darahnya. 

Dirinya telah sabar menahan dan menerimanya dengan lapang dada. Bahkan, segala kesusahan hingga penderitannya berusaha ia sembunyikan dari orang-orang agar mereka tidak iba dan sedih karenanya. Sesaat ia diam-diam menjauhi dan menyendiri di sudut sepi, dimana ia mulai meneteskan air kesabaran hatinya kedalam kain baju yang dikenakannya. Berusaha menguatkan seorang diri tanpa ada yang mengetahui dan menemani. 

Menulis telah menjadi obat untuk menenangkan hati dan pikirannya yang kerapkali dibuat stress akibat terlalu banyak pikiran dan kritik pedas tanpa intropeksi yang bertubi-tubi menusuk hatinya. Ia mungkin membecinya, tapi apakah kamu mengerti kisah perjalanan sunyi ini... Tanda tanya yang tertutup. 

Untuk apa harus membuka suara bila apa yang diucapkan berakhir dengan pembungkaman. Hak suara yang sia-sia direnggut oleh kediktaktorannya. Atau mungkin cocok disematkan julukan, “Yang Maha Benar Segalanya”... Semua yang diucapkannya tiada yang bisa menyangkal dan harus terpenuhi. Suara pena hanyalah imajinasi belaka, dengan pena ia bertutur dari kemalangannya. 

Entah kapan kisah miris ini akan usai, ia ingin meninggalkan tempatnya saat ini dan ingin memulai kehidupannya yang baru, segalanya yang terbebas dari belengu ditaktor. Meski pendengarannya sedikit terganggu, namun tulisan penanya bisa lebih tajam dari kata-kata yang terucap lewat lidah. 

Tak ada siapapun yang mengerti selain pena yang menjadi tempat catatan kisahnya. Semuanya berlalu begitu saja tanpa alasan yang pasti. Kelopak matanya memaksakan agar si air mata tidak gampang terjatuh bila telah lelah diri ini dengan segala kisah runyamnya. Bahasan yang cukup sampai disini dan enggan dibuatnya panjang lebar, takut kisah ini berlarut-larut. Dan hari esok adalah hari yang menyenangkan, percayalah, apapun itu...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ekspedisi Pelosok Priangan Timur

Tugu Siliwangi, berada di perbatasan provinsi Jawa Barat-Jawa Tengah “Esa Hilang, Dua Terbilang”, wangsit Prabu Siliwangi Mendengar kata tersebut, mungkin tidak asing lagi ditelinga masyarakat Jawa Barat. Konon, Jawa Barat yang pada zaman dahulu merupakan Kerajaan Pajajaran dan Galuh yang salah satu raja termahsyurnya pada saat itu ialah Prabu Siliwangi. Kisah ini telah menjadi kisah turun temurun masyarakat Jawa Barat. Legenda itu menguat diwilayah priangan timur.  Dari kisah tadi membuat saya tertarik untuk menjelajahi alam Priangan Timur, ditemani rekan Backpacker, Kang Adam Akbar. Kami berdua sepakat untuk explore di hari Jum'at, 16 Februari 2018 dan perjalanan pun dimulai sekitar pukul 09.00 wib dari STIKes Respati, Tasikmalaya dengan tujuan menuju ke perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah. Explore adalah kegiatan yang biasa saya lakukan untuk mengisi waktu kosong atau disaat liburan semester tiba (itung-itung refreshing setelah berperang dengan UAS). Dengan memb

Ngopi-isme

Ilustrasi : @radenyudistira09 (dokpri) Kegiatan Ngopi dikalangan kaum intelektual bukanlah sebuah hal yang baru, namun telah menjadi sebuah kebutuhan dalam menyusun wacana hingga ke penyelesaian masalah. Ngopi disini bukan berarti kegiatan duduk manis kemudian menyeruput secangkir kopi sembari menghisap sebatang rokok, melainkan ngopi yang dimaksudkan ialah kegiatan diskusi (Ngopi = Ngobrol Pintar). Kegiatan ngopi dapat dijumpai di ruang kelas, perpustakaan, kantin, masjid, ruang keseketariatan ormawa, hingga ruang terbuka seperti taman. Betapa besarnya peran dari ngopi sendiri sebab berbagai pemikiran dan gagasan banyak dilahirkan disini. Bagi mereka yang menasbihkan dirinya sebagai seorang aktivis, organisator, kura-kura (kuliah-rapat, kuliah-rapat) kegiatan ngopi merupakan hal yang lazim ditunaikan dimanapun berada selama ada lawan bicara. Sajian ngopi cenderung lebih nikmat jika ditemani cemilan, misalnya ditemani secangkir kopi (tanpa rokok; bagi mereka yang taat kepada kes

Malam Minggu Dengan Beethoven

Malam ini adalah malam minggu Hal yang di tunggu setiap seminggu Membebaskan diri dari rutinitas Yang menjerat pula terbatas Para kaula muda berhamburan Menikmati malam yang anggun Untuk merasakan atmosfer Hiruk pikuk di malam teaser Ku hanya bisa berdiam diri Di pusara malam minggu ini Alunan komposisi beethoven Menjadi lentera di kesunyian Sinar cerah purnama di angkasa Membuat bagi yang lihat terpana Moonlight sonata Beethoven mendayu Menemani sunyinya malam minggu Melodi adagio terus meraya Rasa sukma terpilin olehnya Di rasa sendiri dan ada kawan Malam minggu dengan Beethoven Tasikmalaya, 14 Oktober 2017               Salam Sajak,             Ahmad Yudi S